Bismillah...
Pernahkah putra/i Anda mengalami sembelit?
Terutama ketika mulai belajar makan alias masuk fase pemberian makanan pendamping ASI (MPASI). Pada awal pemberian MPASI, jangan bingung jika tekstur dan warna feses anak menjadi berbeda dibanding saat anak hanya diberi ASI saja. Perubahan tekstur feses inilah yang menyebabkan anak terlihat mengejan saat BAB sehingga cara anak BAB akan berubah dan semakin menyerupai cara orang dewasa BAB. Yuk Kita Mulai Kenali Sembelit pada Bayi dan Anak...
Bagaimana cara membedakan BAB normal atau sembelit?
Setiap bayi itu berbeda, ada yang BAB sehari sekali, ada juga yang bisa sampai 6 kali sehari. Salah satu tanda pencernaan yang sehat adalah frekuensi BAB yang rutin setiap hari. Namun pada kenyataannya, beberapa bayi rawan mengalami sembelit di awal MPASI. Oleh karena itu, Bunda harus melakukan observasi penyebab sembelit pada bayi yang mendapat MPASI.
Apa saja penyebab perbedaan frekuensi BAB bayi dan anak?
1. Porsi makan
Terlalu banyak dan terlalu cepat perpindahan/naiknya tekstur makanan pada saat MPASI. WHO telah merekomendasikan tekstur dan porsi MPASI sesuai tahapan usia. Jadi, usahakan untuk memberikan porsi dan tekstur MPASI yang sesuai dengan tahapannya.
2. Kurang mendapat cairan
Cairan terpenuhi melalui ASI ketika usia bayi < 6 bulan dan berikan air putih ketika usia bayi genap 6 bulan. Tetap berikan ASI sesuai permintaan bayi. Bahkan, dalam Key Message Booklet dari UNICEF, ada anjuran "breastfeed first before giving other foods".
Pemberian air putih bantu mencerna makanan dan membersihkan mulut bayi > 6 bulan setelah makan. Pemberian air putih ini harus bertahap ya, dan jangan terlalu banyak, karena air putih minim zat gizi dan bisa mengenyangkan.
3. Terlalu banyak serat
Bayi punya keterbatasan kemampuan dalam menyerap bahan makanan berserat tinggi. Kebutuhan serat pada bayi berbanding terbalik dengan orang dewasa dimana konsumsi serat yang terlalu banyak dapat memicu sembelit bagi bayi. Untuk lebih jelasnya, silakan Bunda baca artikel ini http://www.aboutkidsgi.org/site/treatments/kids-and-dietary-fiber
4. Kurang asupan lemak
Sumber lemak sebaiknya diberikan saat awal MPASI, baik lemak yang terdapat pada bahan makanan seperti alpukat atau sumber lemak tambahan seperti mentega, kaldu, santan encer maupun minyak. Fungsi pemberian minyak sebagai sumber kalori bayi dan anak yang sedang tumbuh berkembang pesat, melezatkan rasa masakan, melembutkan bubur sehingga mudah ditelan, dan meningkatkan fungsi protektif sayur serta buah karena lemak membantu penyerapan berbagai vitamin larut lemak seperti vitamin A, D, E dan K. Serat dari sayur, karbohidrat ditambah lemak akan membuat bayi mudah mengeluarkan feses karena kotoran jadi tidak keras..
Nah, minyak apa yang bisa diberikan untuk bayi dan anak? Semua jenis minyak diperbolehkan sesuai ketersediaan di dapur masing-masing, bisa minyak kelapa, minyak goreng merk sania/bimoli/sunco/filma atau merk lainnya. Yang penting minyak baru. bukan bekas dipakai menggoreng. Tambahkan setengah sampai 1 sendok minyak di tiap porsi makan anak ya.
Pernahkah putra/i Anda mengalami sembelit?
Sumber Foto http://happymommyeshoppe.com/ |
Bagaimana cara membedakan BAB normal atau sembelit?
Setiap bayi itu berbeda, ada yang BAB sehari sekali, ada juga yang bisa sampai 6 kali sehari. Salah satu tanda pencernaan yang sehat adalah frekuensi BAB yang rutin setiap hari. Namun pada kenyataannya, beberapa bayi rawan mengalami sembelit di awal MPASI. Oleh karena itu, Bunda harus melakukan observasi penyebab sembelit pada bayi yang mendapat MPASI.
Apa saja penyebab perbedaan frekuensi BAB bayi dan anak?
1. Porsi makan
Terlalu banyak dan terlalu cepat perpindahan/naiknya tekstur makanan pada saat MPASI. WHO telah merekomendasikan tekstur dan porsi MPASI sesuai tahapan usia. Jadi, usahakan untuk memberikan porsi dan tekstur MPASI yang sesuai dengan tahapannya.
2. Kurang mendapat cairan
Cairan terpenuhi melalui ASI ketika usia bayi < 6 bulan dan berikan air putih ketika usia bayi genap 6 bulan. Tetap berikan ASI sesuai permintaan bayi. Bahkan, dalam Key Message Booklet dari UNICEF, ada anjuran "breastfeed first before giving other foods".
Pemberian air putih bantu mencerna makanan dan membersihkan mulut bayi > 6 bulan setelah makan. Pemberian air putih ini harus bertahap ya, dan jangan terlalu banyak, karena air putih minim zat gizi dan bisa mengenyangkan.
3. Terlalu banyak serat
Bayi punya keterbatasan kemampuan dalam menyerap bahan makanan berserat tinggi. Kebutuhan serat pada bayi berbanding terbalik dengan orang dewasa dimana konsumsi serat yang terlalu banyak dapat memicu sembelit bagi bayi. Untuk lebih jelasnya, silakan Bunda baca artikel ini http://www.aboutkidsgi.org/site/treatments/kids-and-dietary-fiber
4. Kurang asupan lemak
Sumber lemak sebaiknya diberikan saat awal MPASI, baik lemak yang terdapat pada bahan makanan seperti alpukat atau sumber lemak tambahan seperti mentega, kaldu, santan encer maupun minyak. Fungsi pemberian minyak sebagai sumber kalori bayi dan anak yang sedang tumbuh berkembang pesat, melezatkan rasa masakan, melembutkan bubur sehingga mudah ditelan, dan meningkatkan fungsi protektif sayur serta buah karena lemak membantu penyerapan berbagai vitamin larut lemak seperti vitamin A, D, E dan K. Serat dari sayur, karbohidrat ditambah lemak akan membuat bayi mudah mengeluarkan feses karena kotoran jadi tidak keras..
Nah, minyak apa yang bisa diberikan untuk bayi dan anak? Semua jenis minyak diperbolehkan sesuai ketersediaan di dapur masing-masing, bisa minyak kelapa, minyak goreng merk sania/bimoli/sunco/filma atau merk lainnya. Yang penting minyak baru. bukan bekas dipakai menggoreng. Tambahkan setengah sampai 1 sendok minyak di tiap porsi makan anak ya.
5. Alergi
Alergi bukanlah hal yang sederhana, berbagai faktor berperan dalam timbulnya alergi dan terkadang dicap alergi sebagai misteri. Setiap anak memiliki reaksi yang berbeda terhadap suatu bahan makanan. Sebagai contoh, ada anak yang sembelit karena mengonsumsi pepaya, tapi bagi anak lain, pepaya justru dapat memperlancar BABnya. Oleh karena itu, sangat disarankan agar Bunda membuat food diary atau catatan harian makanan. Catat bahan makanan yang dikonsumsi anak dan bagaimana reaksinya, baik itu tekstur BABnya, frekuensi BAB dan ada tanda alergi atau tidak (seperti ruam, batuk, muntah, dll) pada setiap makan anak, terutama pada masa awal MPASI.
Semoga bermanfaat...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar